Selasa, 30 Juli 2013

Oh ini Syifa

Setelah tadi sore sempat mematut diri di cermin, akhirnya aku menemukan beberapa hal yang ingin aku ceritakan disini. Selain menambah rasa syukur pun aku berterima kasih pada Kak Jia yang sudah menantang nulis lagi. So excited, soalnya aku suka telat mulu dapet info tantangannya -_-

Yasudah, sekarang mau bicara apa?
Baiklah sebelumnya, aku akan berdiri di depanmu. Tinggiku kini 154 cm, dan beratku tak lebih dari 40kg. Kurus memang, dan banyak sekali orang yang ngebully dengan kata 'triplek'. Nyesek? Pasti. Tapi kalo kenyataan sih, dibawa enjoy aja. Toh, aku tau sendiri mereka yang sering ngebully itukan memang memiliki berat diatas rata-rata. Ups. Ah tapi... memang, dari atas sampai bawah tak ada komponen yang begitu menonjol dengan sangat ekstrem. Semuanya sederhana menurutku. Bokong kecil yang membuatku mudah saat berlari, atau  dada kecil yang mungkin bisa kugunakan suatu saat nanti kalau-kalau berperan menjadi laki-laki. Yah, semuanya kupikirkan dengan perasaan positif. Penuh rasa syukur, tanpa ingin menghakimi Allah sebagai pencipta yang sempurna.

Warna kulitku memang berbeda dengan warna kulit kakakku sendiri. Kulitku terbalut warna cokelat yang menurut keluargaku tampak manis. Sedangkan kakakku berwarna putih kekuningan. Jari-jariku panjang dan kurus, masih cocoklah untuk digenggam ketika jalan-jalan. Kakiku bisa dibilang jenjang, betisku tidak besar namun di punggung kakiku ada bekas yang entah ini memang peninggalan dari masa kecilku. Kenapa kubilang entah? Karena aku juga tak tau apa ini karena alergi atau karena tingkahku yang sering bermain tanah di sore hari.
Yang aku ingat, punggung kakiku itu pernah dihuni oleh beberapa kuman yang bentuknya berbintik-bintik, lalu ketika aku kecil sering menggaruk-garuknya dengan sadis sehingga menimbulkan bekas noda hitam. Ah ya, aku ingat. Kurasa aku kena kuman air deh. Sampai sekarang, masih ada noda hitam yang melekat di punggung kakiku itu.
Sudah beberapa kali aku ke dokter kulit, entah itu masalah kakiku atau... jerawatku.
Oh dear, siapa sih yang tak pernah mendapatkan masalah dari soulmatenya komedo ini. Ceritanya, waktu kelas 2 SMP masalah ini mulai muncul. Bodohnya, aku  tak langsung menindak, sehingga pernah jerawat kecil-kecil itu yang letaknya di dahi, pipi, dan dagu itu memerah saat terkena sinar matahari. Alhasil, orang tua pun nyadar bahwa aku sudah harus dan perlu banget pertolongan dokter. Sekarang, setelah memasuki SMA, rasanya jerawat-jerawat itu sudah mulai jarang datang. Paling sekarang tinggal menyembuhkan kawah-kawah kecil yang letaknya di pipi kananku. Bicara menganai pipi, tampaknya walaupun aku kurus tulang pipiku tak sampai menonjol. Pipiku masih diselimuti daging yang empuk untuk sesekali dicubit.  Dan bila kamu raba pipiku dari bagian kiri kebawah, maka kamu akan merasakan lekukan saat aku tersenyum nantinya. Yap, lesung. Alhamdulillah, walaupun si lesung pipi yang satu-satunya ini sudah semakin jarang terlihat -karena, pipinya makin gede. Tapi kalian masih bisa menemukannya ko di balik senyum mesemku. Hehe.
Ah ya, bagian pusat dari wajah bulatku. Jujur saja, aku malas membicarakan ini. Sudah bernafas saja rasanya alhamdulillah. Ya bolehlah kukatakan hidungku ini mancung. Tapi tingginya hanya 3 cm. Lebar? Tidak. Hidungku ini kecil, tapi -kembali- rasanya sudah bisa bernafas pun sudah bahagia, apalagi yang dikasih hidung dengan tinggi 7 cm.  Sederhana memang, ketika hidung kecil+masih bisa bernafas = hemat oksigen. Sederhana itu indah. Dan hal kedua yang membuatku agak minder yaitu.. bibir pucat dan bibir bagian bawahku yang sulit dikontrol. Mungkin bagi sahabat-sahabatku yang sering berfoto ria bersamaku tau, bahwa jika pada sesi foto aku 'TAK PERNAH' memamerkan geligiku -yang banyak kenangannya- pada semua orang. Mungkin jika aku bisa kembali ke masa SD, aku akan merubah alur bahwa aku harus tertabrak, bahwa bibirku harus mencium aspal dengan napsunya. Dan yang pada akhirnya, meninggalkan luka sebuah garis putih dibagian depan gigiku. Juga meninggalkan sebuah trauma berjalan kaki dari sekolah ke rumah :'' Sejak saat itu, aku malas memamerkan gigiku pada khalayak facebook, twitter dan blogger.

Sekarang, bagian yang memang tak sabar untuk kuceritakan. Dari semua komponen penyusun wajah -manis- ku ini, memang yang ku agungkan adalah mata.

Hai, ketika kau melihat pantulan dirimu dicermin kau menggunakan mata bukan? Dan yang paling kusukai juga adalah bulu-bulu yang mengelilingi kelopak mata bulatku itu. Panjang, lentik, dan tebal. Tak perlu maskara dan pelentik lagi. Dan bila kau menatap lebih ke dalam mataku, mungkin kau akan melihat bahwa irisku ini sebenarnya berwarna cokelat. Hanya saja, bila dilihat dari jauh terlihat kecokelatan. Ah ya, tak ada alis tebal yang menaungi mata berbulu mata lentik ini. Cukup alis tipis tanpa bentuk saja mungkin yang Ia berikan untukku. Tapi, overall aku sangat mencintai semua pemberian Allah ini. Semuanya tampak pas, dan aku ngerasa unik dengan sesuatu yang berbeda dengan orang lain.

Mengenai rambut, jangan coba tanyakan padaku. Karena aku sudah 2 tahun ini menutup mahkota indahku itu, agar kelak terlihat spesial untuk dia. :3 Uhuhu.

p.s: Thank You kak Jia, berkatmu aku semakin mencintai anggota tubuhku, dan akan berjanji untuk merawatnya lebih baik lagi :'')


Tidak ada komentar: